Selewat halaman ini, ada halaman-halaman yang berisi barisan kata-kata. Terlalu gaya kalau dibilang sebagai puisi ataupun syair. Cuma deretan kata tentang apa yang dalam rasa dimaui.
Lalu siapakah si "aku", "dia", "kita" yang bertebaran itu? Jawabnya bisa siapa saja. Karena kita semua bisa berganti sudut pandang, bukan hanya sebagai orang pertama tunggal (Aku) saja. Dan juga, sengaja tidak ada pencantuman nama tempat ataupun waktu. Jadi ndak seperti yang di buku-buku itu, "....tokyo, september 2000", misalnya. Ataukah memang ada pengaruhnya, jika yang satu misalnya ditulis di Kuala Saman, pedalaman Kalimantan, dengan yang di tulis di ketinggian 1 km di udara (dalam pesawat, maksudnya)? |